top of page

Kisah Printer Kehujanan di Musim Deklarasi

  • nilamzubir
  • Jan 28, 2016
  • 3 min read

Indonesia yang terletak di daerah tropis cuma punya dua musim, musim hujan dan musim kemarau. Temennya adalah musim banjir dan musim kering kerontang. Walaupun nggak punya musim dingin dan musim gugur, tapi Indonesia punya banyak musim buah sepanjang tahun. Mulai dari musim buah mangga, buah rambutan, ampe buah anggur Jawa alias duwet. Orang Betawi bilang buah jamblang (kok jadi cerita buah :p). Selain musim buah, juga ada musim tawuran, biasanya menjelang akhir tahun. Musim lain adalah musim deklarasi, yang ini musim lima tahunan saat pilpres :D


Musim deklarasi mirip musim buah mangga. Di mana-mana, di sepanjang jalan teronggok buah mangga dijual, bukan dipajang doang. Musim deklarasi juga gitu. Di mana-mana ada deklarasi, mulai dari deklarasi organisasi-organisasi besar di kota-kota besar sampai deklarasi kelompok masyarakat di tingkat kelurahan. Tiba-tiba aku juga ikut kecipratan andil kecil dalam proses deklarasi di musim deklarasi.


Senin sore, 19 Mei 2014, waktu baru pulang dari Bimbel, telepon rumah berdering-dering. Waktu kuangkat, ternyata dari om Benny, Sekjen HKTI. Suara di seberang sana “Nilam, di rumah ada berapa printer?”. Kujawab “Ada dua om”. “Tolong bawa kesini satu segera ya. Penting!. Naik taxi, nanti bayar disini” sambung om Benny. Belum sempat kujawab lagi, telepon udah ditutup. Kutelpon balik, hp-nya mati. Kutelpon ke kantor HKTI, nggak diangkat. Aku segera ngetes salah satu printer di rumah untuk memastikan printer bisa dipakai, lalu nyopotin kabel-kabelnya dari komputer. Mana orang rumah pada pergi semua, hujan deras pula. Aku buru-buru mandi dan telpon taxi, nutup pintu-pintu, nyalain lampu-lampu, ribet banget dai.


Perjalanan menuju kantor HKTI di kawasan Kuningan Jakarta Selatan makan waktu lebih dari dua jam, macetnya rruaar biasa. Sampai di lapangan parkir kantor HKTI, hujan makin gila derasnya, dan nggak ada ojek payung. Karena buru-buru aku lupa memasukkan printer ke tas plastik. Repotnya, dari lapangan parkir ke kantor terasa jauh kalo lagi hujan. Akhirnya aku pun nekat hujan-hujanan ngegotong printer, sambil berdoa semoga printer nggak rusak diguyur air hujan.


Waktu sampai di ruang rapat, baru aku tahu bahwa 5 printer di kantor HKTI ngadat semua. Padahal saat-saat genting untuk ngeprint surat-surat penting untuk deklarasi HKTI pak OSO akan mendukung capres pak Jokowi. Aku ikut ndengerin dan menyimak diskusi para tokoh dan sesepuh HKTI. Argumentasi orang-orang tua itu lumayan menambah wawasan tentang Indonesia dari berbagai aspek. Ciaelah… :D. Ya itung-itung kuliah lapangan. Kalo dihitung bisa puluhan SKS bro


Wawasan lain tentang Indonesia dari para orang-orang tua kuperoleh kalo kebetulan nemenin emak rapat-rapat informal. Aku boleh ikut nimbrung diskusi, bahkan disuruh jadi notulis. Biar nggak bete, aku nganggep sebagai pra kuliah, padahal sebenernya aku kan udah kuliah lama di UI, Universitas Internet :P.


Ngikutin perjalanan sejarah Republik Indonesia, dari buku-buku pelajaran sejarah di sekolah sampai hari ini, seru banget dah. Aku jadi ingat buku Winnetou karya Karl May yang udah kubaca habis serinya.


Konon, kata mbah Wiki, remaja hebat Indonesia tahun 30-an mengenal arti kemerdekaan setelah membaca buku-bukunya Karl May. Para remaja hebat Indonesia itu kemudian dikenal, dikenang dan dicatat dalam sejarah Indonesia sebagai Perintis Kemerdekaan.


Waktu kelas 1 SMP, aku dikasih hadiah ortu buku serial Winnetou. Kata emak, para pemimpin dunia yang humanis, waktu kecilnya pada baca Winnetou…


Nilam Zubir

Maba FH UI 2014


______________________________________________________________________________


“ Orang kulit putih datang dengan memasang senyum manis di wajah, tetapi menyelipkan pisau tajam di pinggang berikut senjata api yang siap ditembakkan di tangan. Mereka menjanjikan cinta kasih dan perdamaian dalam omongan, namun menebar kebencian dan pertumpahan darah dalam kenyataan...” - Winnetou 1 : Kepala Suku Apache


"Jika benar bahwa semua yang hidup memiliki hak untuk hidup dan jika prinsip ini berlaku untuk semua orang tanpa kecuali, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok, maka orang kulit merah pun memiliki hak yang sama untuk hidup, seperti halnya orang kulit putih." - Winnetou 1 : Kepala Suku Apache


 
 
 

Comments


Recent Posts 
!
Sway - Michael Buble
00:00 / 00:00

Mahasiswa, MC & P4: Penulis, Penari, Presenter, merangkap Pedagang :D

About Me
Connect
  • Twitter.png
  • Linkedin.png
  • Facebook.png

© 2023 by Make Some Noise. Proudly created with Wix.com

  • Facebook Clean Grey
  • Instagram Clean Grey
  • Twitter Clean Grey
  • YouTube Clean Grey
bottom of page